Monday, December 31, 2018

INTROVERT, SIAPA TAKUT?


INTROVERT, SIAPA TAKUT?
oleh : Nazifpri Etrariadi

Menjadi introvert bagi sebagian besar orang merupakan masalah besar. Orang-orang yang merasa dirinya introvert mengira bahwa dirinya akan sulit menggapai karier di masa depan. Padahal itu tidak seratus persen benar.
Jujur, saya dulunya adalah salah satu orang yang juga ikutan berpikir demikian. Saya merasa bahwa karakter introvert ini akan membawa dampak berupa kerugian bagi saya. Namun, pikiran saya berubah seketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketika itu saya merubah mencoba merubah pola pikir saya mengenai karakter yang saya miliki ini.
Sebenarnya, karakter introvert ini juga ada berguna dalam dunia karier. Banyak orang-orang yang memiliki karakter introvert ini, sukses dalam karier yang dia kerjakan. Banyak juga pekerjaan yang sebenarnya sangat cocok dimiliki oleh seorang berkarakter introvert, salah satunya adalah penulis.
Mengapa masih banyak orang yang mengira bahwa hanya orang ekstrovert saja yang bisa sukses? Saya menilai bahwa faktor utama yang menjadi poin penilaian khalayak mengenai hal tersebut adalah disebabkan oleh banyaknya orang ekstovert yang lebih sering untuk terekspos ke publik. Hal ini sungguh berbeda jika dibandingkan oleh orang berkarakter introvert yang kurang suka untuk mengekspos diri mereka secara langsung kepada khalayak. 
Untuk menjadi seorang introvert yang sukses, maka diperlukanlah dirinya untuk mengetahui definisi karakter yang ia miliki tersebut. Definisi yang tersebut harus dalam penjabaran per individu mereka, karena jika mereka menggunakan definisi introvert milik orang lain, ia tidak akan menemukan arti dari betapa berharganya karakter yang ia miliki tersebut. Walaupun konsep ini tidak  berasal dari orang yang ahli dalam psikologi, namun saya telah merasakan testimoni ini. Testimoni ini pun telah banyak saya rasakan sendiri ketika saya menemukan konsep ini.
Saya sendiri mendefinisikan introvert sebagai karakter orang yang suka berpikir dalam kondisi yang tenang, dan orang yang suka berkomukasi lebih instens bersama orang yang memang benar-benar yang ia percayakan. Dari definisi yang saya temukan ini, banyak sekali perubahan yang saya rasakan terhadap pribadi ini bila dibandingkan sebelum menghayati definisi ini. Mengapa demikian?
Nah, dari definisi tersebut saya mencoba untuk berbenah diri. Saya mulai untuk mencoba membedakan bahwa orang yang introvert itu jauh berbeda dengan penyakit sosial yang tengah menimpa pemuda di Jepang, yaitu Hikikomori (Orang yang senang mengurung diri dalam rumah). Setelah saya telah dapat membedakan dua hal yang ternyata sama sekali jauh berbeda tersebut, kemudian saya mulai untuk berbenah tentang definisi introvert dulu yang ternyata salah dan telah lama saya anut.
Akhirnya tibalah ketika saya sudah mulai menghayati definisi baru yang saya anut. Saya mulai mengerti bahwa kesuksesan seorang introvert itu juga ada lahannya sendiri. Jikalau orang yang ekstrovert sukses dengan mengekspos diri secara gamblang. Saya sebagai orang yang introvert mencoba untuk mengekspos diri di balik layar. Maksudnya di sini adalah saya mencoba mengekspor diri melalui tulisan. Dan ketika saya sudah terbiasa dalam menulis, saya pun mencoba untuk mengikuti ajang-ajang perlombaan. Alhasil, saya bersyukur bisa mendapatkan prestasi dalam bidang menulis. Semua ini berkat dukungan dari Tuhan dan berbagai pihak serta usaha saya dalam mencoba mengubah diri. Salah satu dari prestasi yang mungkin saya bilang “wah” sampai saat ini adalah menjadi Juara III menulis esai tingkat SMA se-Indonesia. 
Ketika telah duduk di bangku kuliah, saya pun mulai untuk mengembangkan karakter introvert ini guna mendukung kesuksesan karier saya kedepannya. Sekali lagi saya bersyukur, Glints dapat menjadi sumber referensi bagi saya yang introvert ini bagaimana dan apa jalur terbaik untuk saya guna kesuksesan di masa depan. Maka dari itu, saya merekomendasikan juga Glints kepada teman-teman yang memiliki nasib yang mungkin hampir sama dengan saya, dan yang masih bimbang dengan karakter introvert yang dimiliki.

Wednesday, July 25, 2018

MENGINTIP PERSIAPAN ASIAN GAMES 2018 BERSAMA KELUARGA

Oleh : Nazifpri Etrariadi


Hari ini pagi yang sangat cerah, momen yang tepat mengisi liburan bersama dengan keluarga tercinta. Begitu pulalah yang dilakukan oleh Faya (16 tahun) bersama ayah dan ibunya. Memanfaatkan akhir pekan sebagai momen quality time bersama dengan keluarga.

Dengan semangat yang membara dan menggebu – gebu, Faya dan keluarga berencana melihat seberapa jauh persiapan Asian Games secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Mengingat akan ada event olahraga terbesar se-Asia  yang akan dilaksanakan mulai  tanggal 18 Agustus 2018 sampai tanggal 31 Agustus 2018 nantinya di dua kota besar di Indonesia, yaitu DKI Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Faya sebagai bangsa Indonesia karena negaranya menjadi tuan rumah Asian Games ke - XVIII.

Hal yang membuatnya semangat untuk berkunjung ke sana adalah karena banyaknya posting dari berbagai akun sosial media yang ia temukan saat ia berselancar di dunia maya. Selain dari dunia maya, ia juga sering mendengar pemberitaan yang tak henti – hentinya tiap hari selalu diberitakan mengenai Asian Games 2018 ini di media massa, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Pemberitaan dan posting-an itulah yang menjadikan ia tertarik akan event olahraga ini. Ia tak ingin kalah dengan teman – teman ia yang lain, yang tengah hits akan hal berhubungan dengan Asian Games 2018 ini. Ia ingin mengabadikan momen langka ini, karena memang Indonesia baru dua kali menjadi tuan rumah Asian Games, yaitu tahun 1962 dan tahun ini, 2018.

“Ya, kami ke sini demi mewujudkan keinginan anak kami, Faya untuk melihat persiapan Asian Games secara dekat”, begitulah ujar ibu Faya, Buk Epi (51 tahun) kala persiapan berangkat menuju tempat peninjauan Asian Games yang mereka tuju. Meskipun Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah pada Asian Games pada tahun 1962 di Jakarta,  namun kala itu Faya belum lahir, begitu juga dengan ibunya juga belum lahir kala itu. Iniliah momentum yang tepat bagi seorang Faya untuk menunjukan rasa kebanggaannya kepada Indonesia yang telah dua kali didaulat menjadi tuan rumah pesta olahraga yang kabarnya menjadi pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade.

Faya dan keluarga berencana melihat persiapan pembangunan tempat penginapan para atlet yang akan bertanding di Asian Games mendatang, tepatnya di kawasan Kemayoran, Jakarta Utara. Memang jarak lokasinya terbilang lumayan jauh dari rumah mereka, yakni di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Namun, mereka memilih lokasi tersebut, karena mereka juga berencana juga akan berbelanja ke salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Sunter, Jakarta Utara setelah mereka mengunjungi tempat penginapan atlet tersebut.

Perjalanan menuju penginapan atlet Asian Games pun di mulai. Keluarga itu mengawali perjalanan dari rumah mereka dengan menggunakan moda transportasi umum Trans Jakarta. Dengan biaya Rp5.000,- per orangnya, mereka sekeluarga pun bisa menikmati perjalanan menuju penginapan atlet Kemayoran, Jakarta Utara.

Sampai di Penginapan Atlet Kemayoran


Akhirnya, Faya dan keluarga pun sampai di penginapan atlet Kemayoran. Sesampainya mereka di sana, mereka takjub melihat bangunan yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemenpupera RI). Bagaimana Faya dan keluarga tidak takjub? Pembangunan penginapan atlet ini bisa dibilang sudah selesai dibangun oleh Kemenpupera RI. Desain yang dirancang sangat bagus khusus dibuatkan untuk para atlet Asian Games 2018 nantinya. Corak yang dihadirkan oleh bangunan bertingkat itu pun terbilang tidak membosankan.

Corak yang diberikan berupa bangunan berwarna – warni khas warna tema Asian Games 2018, seperti kuning, merah, dan biru yang cerah dapat dirasakan oleh Faya dan keluarga yang sedang datang ke sana. Warna – warni dengan warna tema Asian Games itu terasa seperti anak muda yang tengah bersemangat untuk membanggakan negara mereka masing – masing dan ingin menggemakan lagu kebangsaan mereka di tanah Indonesia ini. Hal seperti itulah yang tengah dirasakan oleh keluarga kecil itu.

Di luar area penginapan atlet juga telah ditata taman yang sangat indah. Kehadiran taman ini pun mengundang perhatian masyarakat yang tengah melancong ke sana, termasuk bagi keluarga Faya. Keindahan di sana pun makin lengkap rasanya, dengan hadirnya suasana Asian Games 2018 yang dihadirkan di sana. Suasana Asian Games 2018 yang dihadirkan di sana yaitu berupa spanduk – spanduk yang dipasangkan di sekitar area penginapan atlet Asian Games 2018. Antara penginapan atlet yang warna - warni dan taman – taman nan rapi itu merupakan sangat kontras.  Kehadiran spanduk – spanduk tersebut makin menambah juga semarak Asian Games 2018, yang membuat hawa event empat tahunan itu makin terasa.

Di sana, Faya pun mencoba untuk mengabadikan momen – momen quality time bersama ayah dan ibunya dengan berfoto berlatarkan penginapan atlet Asian Games 2018 yang colorful. Dengan gaya – gaya yang tentunya kekinian, hits dan pastinya Instagramable, Faya pun mengunggah keseruannya bersama dengan keluarga di sosial media yang ia miliki, yaitu di Instagram dan Facebook serta memasang story di WhatsApps, Facebook dan Instagram.

Kali Sunter yang Dulu Telah Berubah

Tak terasa waktu makin mendekat menuju siang yang membuat matahari akan sejajar dengan ubun – ubun, mereka pun segera bergegas untuk mengakhiri kunjungan mereka ke salah satu saksi bisu lahirnya para medalistmedalist hebat tingkat Asia nantinya untuk  bergerak menuju ke pusat perbelanjaan di Kawasan Sunter, Jakarta Utara. Sesudah mereka sekeluarga berbelanja, sembari menghabiskan hari mereka  di akhir pekan, Faya beserta ayah dan ibunya juga menyempatkan untuk melihat secara langsung Kali Sunter yang kabarnya mereka dengar telah ditata ulang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sesampainya di sana, memang benar, Kali Sunter benar – benar sudah dibenahi dengan sangat baik oleh pemerintah guna menyambut Asian Games 2018 ini. Wajah Kali Sunter telah berubah menjadi kali berwarna –warni. Bagian tepi dari kali ini telah dihias dan ditutupi dengan cat dengan warna yang sesuai dengan warna – warna tema Asian Games 2018. Sehingga momok Kali Sunter yang dulunya penuh dengan mitos – mitos nan horor menghantui warga sekitar kini telah disulap oleh Pemerintah DKI Jakarta. Kesan bahwa Kali Sunter itu angker telah berhasil ditutupi berkat hadirnya Asian Games 2018. Kini, yang ada di Kali Sunter hanyalah kesan semaraknya pesta olahraga Asian Games 2018. Begitu juga yang telah dirasakan oleh keluarga Faya ketika melihat Kali Sunter yang sangat colorful tersebut.

Setelah melihat indahnya Kali Sunter tersebut, mereka pun tak tinggal diam saja. Tangan Faya pun tergerak untuk memegang gawai ponsel pintarnya demi memoto dan mengabadikan indahnya Kali Sunter yang sekarang. Ia berkeinginan untuk memberitahu yang lain bahwa wajah Kali yang dulunya horor sekarang telah berubah menjadi Kali yang sangat berseni berkat adanya Asian Games 2018.

Usai berfoto di sana, Faya sekeluarga akhirnya bertolak ke rumah kembali, mengingat sang surya yang telah mengarah ke ufuk malam tanda sang purnama akan muncul ke dunia. Hari itu pun menjadi hari yang berkesan bagi mereka sekeluarga, karena mereka bisa langsung meninjau persiapan salah satu tempat yang nantinya akan menjadi saksi bisu lahirnya para jawara baru akan lahir yang akan membanggakan negaranya masing – masing dan mendengarkan lagu kebangsaan di publik Indonesia. Pengalaman ini adalah menjadi kebanggaan mereka tersendiri. Mereka bangga menjadi bangsa Indonesia yang bisa menyelenggarakan pesta olahraga terbesar se – Asia dan terbesar kedua setelah Olimpiade. Setelah hari ini, mereka pun merencanakan akan bersiap juga untuk menyambut kemeriahan Asian Games 2018 nantinya dengan keramahan. (NazifpriE)